SELOKO.ID | TANJABTIM– Dedi Saputra, S.Sos. adalah putra Kelahiran Parit Culum 1, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi 31 tahun silam. Dedi merupakan jebolan IAIN STS Jambi (Saat ini UIN STS Jambi) jurusan Ilmu Jurnalistik.
Mantan wartawan TVRI Jambi tersebut adalah sosok yang kritis dan cerdas. Saat ini Dedi Saputra aktif sebagai aktivis lingkungan. Bersama sejumlah rekannya, Dedi Saputra mendirikan Lembaga Restorasi Lingkungan Hijau (RLH).
Bapak satu anak ini juga merupakan penggiat medsos. Dedi adalah pendiri group Fecebook Media Center Tanjung Jabung Timur. Saat ini group Fecebook yang dibuat sejak dua tahun lalu itu telah memiliki ribuan anggota.
Dedi Saputra juga sangat mencintai dunia sastra. Ia gemar membuat puisi yang berisi kritikan terhadap penguasa. Salah satu puisi karya Dedi yang menyita perhatian adalah puisi yang berjudul ‘Negeri Tak Bertuan’.
Negeri Tak Bertuan
Tertatih, letih dan merintih
Suara-suara sumbang rakyat jelata, sambil berkata kepada siapa kami bersilah
Berjibaku dalam kegelapan mencari keadilan
Berlumuran lumpur meraba serpih-serpihan sisa kehidupan di masa depan yang kian suram
Gedung-gedung besar nan kokoh, berdiri jauh dari hiruk piruk rakyat jelata
Disana tak peduli, disana tuli, disana mati suri
Harapan tak banyak disana
Hanya kepada Tuhan tangan rakyat menadah
Negeri Tak Bertuan
Rakyat menjadi kambing hitam
Hukum hanya semboyan
Yang kecil akan terkucil, yang lemah akan pasrah, yang kritik akan diotak atik
Pasrah di negeri tak bertuan
Puan dan tuan
Lalu kemana rakyat jelata ini harus dihadapkan
Haruskah tangan-tangan mereka harus dirantai
Haruskah mulutnya dilakban
Tidak, mereka bukan pengemis kepada tuan dan puan
Mereka meminta setumpuk tanah untuk kehidupan buah dari kemerdekaan
Biarlah, biarkan rakyat jelata merasakan legah
Berikan setitik keadilan, sampaikan secuil kebenaran
Karna mereka hanya butuh keadilan di negeri yang bertuan
Jika tak bertuan, kembalikan kami dimasa lampau
Karna itu lebih jelas kepada siapa kami berhadapan
Meskipun moncong mariam menghancurkan harapan
Daripada kami berhadapan puan dan tuan
Yang lahir dan besar dalam satu kandungan negara Kesatuan
Namun kami menjadi pengemis dihadapan kalian
Sakitnya tak setara wahai puan dan tuan (*)