Oleh: Dedi Saputra,S.Sos.,M.I.Kom.
SELOKO.ID, Opini- Keputusan Laza, putra dari mantan Gubernur Jambi Zulkifli Nurdin, untuk ikut maju dalam Pilkada Tanjung Jabung Timur 2024 telah mengguncang peta politik di Kabupaten berjuluk Sepucuk Nipah Serumpun Nibung.
Banyak yang awalnya memprediksi bahwa, keluarga kampung manggis tidak akan ambil bagian dalam kontestasi ini, namun kenyataannya justru sebaliknya.
Manuver politik Laza tidak hanya mengejutkan lawan-lawan politiknya, tetapi juga menjadi pukulan telak bagi strategi yang sudah dirancang oleh beberapa kandidat lainnya.
Sebelum Laza turun gunung, peta persaingan tampak lebih sederhana. Kandidat seperti Dillah Hikmah Sari, Robby Nahliyansah, Muslimin Tanja, Aynur Ropik, diprediksi akan mendominasi pertarungan di Pilkada Tanjab Timur.

Dillah, anak Bupati dua periode Abdullah Hick, dinilai memiliki jaringan birokrasi yang kuat, sementara Muslimin Tanja dengan tagline wajah baru membawa pengalamannya selama berada di DKI Jakarta.
Dalam skenario ini, para analis politik dan kubu lawan lebih fokus pada Dillah dan Muslimin Tanja sebagai kandidat terkuat. Namun, masuknya Laza ke dalam arena politik Tanjab Timur sangat merubah dinamika permainan.
Laza membawa nama besar keluarga Nurdin yang memiliki sejarah panjang dalam politik Jambi.
Ayahnya, Zulkifli Nurdin, merupakan Gubernur dua periode yang sangat dekat dengan masyarakat, sementara kakaknya, Zumi Zola, juga pernah menjabat sebagai Bupati Tanjab Timur dan Gubernur Jambi.
Nama besar ini memberikan Laza modal politik yang tidak dimiliki kandidat lainnya. Meski nama besarnya sempat dipandang tidak akan berpengaruh besar di kontestasi Tanjab Timur, keputusan Laza untuk maju ternyata justru memunculkan kekuatan baru yang tidak terduga dan diluar prediksi.
Salah satu faktor penting dari langkah Laza ini adalah dukungan jaringan politik yang masih solid di kalangan masyarakat.
Pengaruh keluarga Nurdin di Tanjab Timur, meski sempat redup, kini kembali menguat dengan hadirnya Laza.
Ini menunjukkan bahwa, perhitungan para lawan politik, yang sebelumnya mengabaikan potensi kembalinya trah Nurdin, adalah sebuah kesalahan besar.
Kehadiran Laza juga memaksa para kandidat lain untuk merombak strategi kampanye mereka.
Jika sebelumnya Dillah dan Muslimin Tanja hanya perlu fokus pada sosialisasi dan memperkuat basis dukungan dari birokrasi, sekarang mereka harus menghadapi tantangan dari sosok yang memiliki pengalaman politik yang didukung oleh jaringan keluarga yang kuat dan logistik yang tak terbatas.
Laza tidak hanya membawa nama besar, tapi juga pengalaman sebagai tokoh yang dekat dengan masyarakat dan memiliki pemahaman mendalam tentang dinamika politik lokal.
Laza menggunakan tagline “Bangkit,” yang menggambarkan semangat kebangkitan baru bagi Tanjab Timur.
Pesan ini cukup resonan di tengah masyarakat yang menginginkan perubahan setelah periode pemerintahan yang dianggap stagnan.
Sementara Dillah-MT dengan tagline “MERATA” mencoba menawarkan pemerataan pembangunan, Laza menghadirkan pesan yang lebih emosional, yakni kebangkitan dan pembaruan.
Langkah Laza untuk terjun ke kancah politik lokal ini menjadi bukti bahwa dalam politik, tidak ada skenario yang pasti.
Prediksi lawan yang mengabaikan kemungkinannya maju terbukti keliru.
Kehadiran Laza dalam Pilkada ini menjadi pertanda bahwa peta politik selalu dinamis dan penuh dengan kejutan.
Bagi para kandidat lain, ini menjadi pelajaran penting, jangan pernah meremehkan lawan politik, terlebih jika mereka memiliki latar belakang kuat seperti Laza, jika meminjam bahasa lelucon politik dari Bahlil maka bisa disebut “ngeri ini barang”.
Kini, dengan Laza yang telah turun gunung, kontestasi Pilkada Tanjab Timur tidak lagi menjadi sekadar pertarungan kandidat biasa.
Ini adalah pertarungan antara pengalaman birokrasi, kekuatan keluarga politik, logistik yang mumpuni dan strategi kampanye yang cermat.
Siapa yang akan keluar sebagai pemenang di Pilkada ini akan sangat ditentukan oleh kemampuan masing-masing kandidat untuk merespons dinamika baru yang diciptakan oleh kehadiran Laza.
Pertarungan ini akan menjadi ajang pembuktian, tidak hanya bagi Laza yang ingin melanjutkan legacy keluarganya, tetapi juga bagi Dillah-MT yang perlu mengatasi tantangan tak terduga ini.
Satu hal yang pasti, Laza telah mengubah wajah persaingan politik di Tanjab Timur, dan kini semua mata tertuju padanya untuk melihat apakah ia bisa benar-benar bangkit dan membawa perubahan yang dijanjikan.