Oleh: Dedi Saputra.
SELOKO.ID, Opini- Ketika Laza-Aris ditetapkan sebagai pasangan dengan nomor urut satu dalam Pilkada Tanjab Timur, tak sekadar angka yang mereka sandang. Nomor satu, dalam perspektif Melayu, bukan hanya simbol awal, tapi pertanda kepemimpinan, permulaan dari jalan besar yang berlandaskan restu alam dan doa masyarakat. Di tanah yang bertuah seperti Tanjab Timur, nomor satu bukan sekadar posisi di kertas suara, melainkan titian untuk menjemput tuah dan keberkahan bagi negeri.
Dalam adat Melayu, tuah merupakan elemen yang melekat pada sosok pemimpin. Ia tak semata-mata hadir karena kekuasaan, tetapi muncul dari kearifan dalam memahami alam, budaya, dan masyarakatnya. Laza-Aris dengan nomor urut satu, seolah disiapkan untuk meniti jalan ini jalan yang penuh tantangan, namun dipenuhi restu jika dilalui dengan tekad yang lurus dan niat yang tulus.
Makna Mendalam Nomor Satu: Simbol Kepemimpinan dan Kebangkitan
Angka satu membawa makna simbolik yang kuat. Dalam banyak budaya, termasuk Melayu, angka satu melambangkan permulaan, keberanian untuk melangkah pertama kali, dan kepemimpinan yang unggul. Dalam tradisi Melayu, seorang pemimpin yang baik adalah sosok yang mampu menumbuhkan harmoni antara alam, masyarakat, dan pemerintahan. Laza-Aris di nomor satu seolah menyiratkan harapan besar dari rakyat Tanjab Timur untuk membawa perubahan yang berlandaskan pada kearifan lokal, budaya, dan nilai-nilai luhur Melayu.
Sebagaimana “Tuah” dipercaya sebagai sesuatu yang diwariskan oleh leluhur dan alam, kepemimpinan yang berbudi pekerti, adil, dan bijaksana akan mendatangkan restu dari berbagai arah. Kepemimpinan ini tidak semata-mata soal kebijakan yang diputuskan, tetapi juga bagaimana para pemimpin memahami denyut nadi masyarakat, menghormati alam sebagai bagian dari kehidupan, serta menjaga keharmonisan dalam setiap aspek pembangunan.
Menjemput Restu Alam di Tanah Bertuah
Tanjab Timur, sebagai tanah bertuah, merupakan wilayah yang sarat akan sejarah, budaya, dan kekayaan alam. Alam dan masyarakat di sini memiliki hubungan yang erat, dimana keseimbangan harus selalu dijaga. Laza-Aris sebagai calon pemimpin harus memahami bahwa alam bukan hanya sumber daya yang dimanfaatkan, tetapi sahabat yang harus dihormati. Restu alam datang kepada mereka yang bijak dalam mengelola lingkungan dan peduli terhadap kesejahteraan rakyat.
Nomor satu, sebagai simbol utama dalam kontestasi ini, juga mengingatkan Laza-Aris untuk senantiasa berpijak pada prinsip “Pemimpin yang baik bukanlah yang memimpin dari atas, tapi yang berjalan di tengah rakyatnya.” Kepemimpinan yang didasari oleh pemahaman ini akan mendatangkan tuah, membawa kebangkitan bagi Tanjab Timur, bukan hanya secara ekonomi, tetapi juga dalam menjaga harmoni sosial dan budaya yang ada.
Azam dan Restu untuk Tanjab Timur
Laza-Aris tidak hanya membawa janji perubahan dengan nomor satu, tetapi juga azam untuk mengangkat kembali nilai-nilai luhur yang selama ini dijunjung tinggi oleh masyarakat Melayu Tanjab Timur. Kearifan lokal dan budaya Melayu, seperti menghormati alam, menjunjung tinggi musyawarah, serta memperhatikan kesejahteraan masyarakat bawah, harus menjadi ruh dalam setiap langkah mereka. Dengan begitu, tuah yang mereka jemput melalui nomor urut satu tidak hanya akan menjadi simbol, tetapi kenyataan yang diwujudkan dalam kepemimpinan yang berdaya dan berkah.
Di bawah langit Tanjab Timur, di tanah yang penuh keberkahan dan restu, Laza-Aris dengan nomor urut satu memiliki kesempatan besar untuk mewujudkan harapan masyarakat. Mereka tak hanya meniti jalan politik, tetapi juga jalan spiritual yang menghubungkan mereka dengan alam, leluhur, dan rakyat yang mereka pimpin. Dengan semangat nomor satu dan restu alam yang bertuah, Laza-Aris dapat menjadi pemimpin yang membawa kemajuan sejati bagi Tanjab Timur, dengan tetap menjaga harmoni dan kearifan lokal yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. (*)