Hadir untuk rakyat
RedaksiIndeks

Masih Bisa Tertawa Lepas, Walaupun Omset Turun Drastis

Pasar Tradisional Angso Duo tampak sepi pembeli, tapi pedagang masih bisa tertawa lepas. (Foto: Istimewa/SELOKO.ID)
Pasar Tradisional Angso Duo tampak sepi pembeli, tapi pedagang masih bisa tertawa lepas. (Foto: Istimewa/SELOKO.ID)

SELOKO.ID | JAMBI – Sembari menunjukan cabai dagangannya, Yandi (39), pedagang Pasar Tradisional Angso Duo, mengeluhkan omsetnya turun. Hanya memperoleh 20 persen pendapatan dibandingkan sebelum pandemi Covid-19.

Cabai dagangannya pun tampak tidak segar lagi. Sebagian mulai menghitam. Bahkan ada yang sudah benar-benar busuk, sehingga terpaksa dibuang.

Memang di sepanjang pinggir pasar tradisional itu, banyak barang dagangan yang dibuang. Tidak hanya cabai milik Yandi, tapi juga sayuran dari pedagang lain.

Sampah sayuran tersebut sebelumnya diharapkan sampai di tangan pembeli. Namun, karena terlalu lama menunggu, banyak yang sudah membusuk, sehingga terpaksa dibuang.

Yandi mengatakan kondisi ini terjadi sejak pengetatan PPKM level 4 di Kota Jambi yang dimulai pada tanggal 23 Agustus 2021.

“Pembeli hampir tidak ada, bagaimana nasib kami ini? Orang mungkin takut ke pasar. Hanya 20 persen yang beli. Boleh lihat sekeliling pasar ini,” katanya, Sabtu (28/8).

Bukan keuntungan yang didapatkan, Yandi justru merugi. Selain dagangannya busuk dan terpaksa dibuang, sebagian cabai dijual seharga dengan modal yang dikucurkan.

“Kalau sekarang nombok. Sudah banyak utang. Kita beli cabai per kilogram dengan harga Rp 10.000. Kita jual pula dengan Rp 10.000,” ujarnya.

Karena kondisi yang dialaminya, Yadi berharap jangan sampai pengetatan PPKM level 4 diperpanjang.

“Jualan sepi. Gara-gara PPKM inilah, pelan-pelan kita mati,” tuturnya.

Di sela-sela proses wawancara, Yandi diledek pedagang lain. Para pedagang, termasuk Yandi, akhirnya menertawakan nasib dan dagangan mereka yang masih menumpuk saat pukul 12.30 WIB.

Salah satu pedagang yang ikut tertawa bernama Asni (51). Dia menjual berbagai sayuran, cabai, kacang-kacangan, dan sebagainya.

Bahan pokok dagangannya tampak masih banyak. Tahu dan tempe tersusun rapi di meja lapak. Sayuran di situ masih dapat dipilih oleh pembeli, karena sebagian masih segar.

Asni pun merasakan penjualannya sepi. Dia mengatakan tidak mendapatkan untung saat berdagang.

“Jangankan untung, balik modal saja tidak ada. Apalagi pendapatan,” ungkapnya.

Keadaan ini, kata Asni, juga karena usaha kuliner banyak yang tutup. Pengusaha yang  membeli bahan untuk dimasak dan dijual, tampak sepi di Pasar Tradisional Angso Duo.

Sambil tertawa dan menghibur pedagang lain, dia menyampaikan banyak bahan pokok dagangan yang menumpuk di meja lapak. Pedagang lain kemudian tertawa bersamanya.

“Lihat tuh bawangnya masih banyak. Dari pagi sampai siang segitu-gitulah,” ungkap Asni dengan candaan.

Sesuai dengan perkataan Yandi dan Asni, pembeli di Pasar Tradisional Angso Duo terlihat sepi saat pukul 12.30 WIB. Tampak di sana pedagang yang duduk menanti pembeli, sekaligus merapikan komoditi dipajang.

(Sob)